Kamis, 31 Desember 2015

Burung Hantu



                              


 Kingdom    : Animalia
 Filum          : Chordata
 Subfilum     : Vertebrata
 Kelas           : Aves
 Ordo            : Strigiformes
 Famili          : Strigidae
 Genus          : Otus  
 Spesies         : Otus magicus



   Burung hantu adalah kelompok burung yang merupakan anggota ordo Strigiformes. Burung ini termasuk golongan karnivora atau pemakan daging dan merupakan hewan malam (nokturnal). Seluruhnya, terdapat sekitar 222 spesies yang telah diketahui, yang menyebar di seluruh dunia kecuali Antartika, sebagian besar Greenland, dan beberapa pulau-pulau terpencil.
          Burung hantu memang burung raja mitos. Selain mempunyai nama yang seram dan wajah yang mengerikan, aktifitasnya pun dilakukan di malam hari. Oleh karena itu, berbagai mitos dan kepercayaan mistis sering dikaitkan pada burung ini. Tidak hanya di Indonesia, di luar negeri pun berbagai mitos mistik selalu menyertai keberadaan burung hantu. Rata-rata mitos tersebut berbau hal-hal menakutkan dan menyeramkan. Di beberapa negara, burung hantu justru mempunyai mitos yang sebaliknya, yaitu sebagai penolong dan sumber kebijaksanaan.
     Mata yang menghadap ke depan, sehingga memungkinkan mengukur jarak dengan tepat; paruh yang kuat dan tajam; kaki yang cekatan dan mampu mencengkeram dengan kuat; dan kemampuan terbang tanpa berisik, merupakan modal dasar bagi kemampuan berburu dalam gelapnya malam. Apalagi leher burung ini demikian lentur sehingga wajahnya dapat berputar 180 derajat ke belakang. Beberapa jenis burung hantu bahkan dapat memperkirakan jarak dan posisi mangsa dalam kegelapan total, hanya berdasarkan indera pendengaran dibantu oleh bulu-bulu wajahnya untuk mengarahkan suara.
       Kemampuan terbang di malam hari yang gelap tanpa suara yang dimiliki burung ini konon menyebabkan burung ini dinamakan burung hantu. Ditambah dengan rentang sayapnya yang sangat lebar, dan dengan bentuk muka dan mata yang tajam, ketika burung ini bertengger di dahan pohon tak jarang langsung membuat bulu kuduk berdiri layaknya melihat penampakan hantu. Mengerikan, meski sebagian orang justru menganggapnya imut dan menggemaskan.
   Burung hantu dianggap sebagai pemberi tanda (firasat) buruk termasuk kematian. Bahkan banyak yang beranggapan burung hantu merupakan penjelmaan hantu atau binatang peliharaan hantu. Mitos ini semakin mengukuhkan nama burung ini sebagai burung hantu. Di mancanegara, mitos tentang burung hantu juga banyak berkembang seperti sebagai perlambang kematian dan kesialan. Namun tidak semua mitos burung hantu bernuansa mengerikan. Oleh bangsa Indian, burung hantu dianggap sebagai penolong dan perlambang kebijaksanaan. Pada masa Yunani, burung ini diyakini sebagai pelindung pasukan yang bertempur. Serupa dengan Yunani, di Inggris burung dari ordo Strigiformes ini dipercaya membawa keberuntungan.
  Burung hantu juga merupakan predator tikus yang efektif di perkebunan kelapa sawit. Penggunaan burung hantu bisa menurunkan serangan tikus pada tanaman kelapa sawit muda hingga di bawah 5 persen. Dari segi biaya, pengendalian serangan tikus menggunakan burung hantu lebih rendah 50 persen dibandingkan penanggulangan tikus secara kimiawi.
Terlepas dari berbagai mitos, keberadaan burung hantu di alam bebas semakin langka di Indonesia. Langkanya burung hantu di Indonesia selain karena kerusakan lingkungan juga diakibatkan oleh perburuan untuk diperdagangkan sebagai binatang peliharaan. Celepuk Siau (Otus siaoensis) merupakan salah satu dari 18 burung paling langka di Indonesia. Selain itu, Celepuk Flores (Otus alfredi), Serak Taliabu (Tyto nigrobrunnea), dan Celepuk Biak (Otus beccarii) merupakan jenis burung hantu yang juga dicap berstatus endangered (terancam punah) oleh IUCN Redlist.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar